London – sebuah studi mengatakan bahwa mengkonsumsi tujuh atau lebih porsi buah dan sayur dalam sehari lebih sehat daripada rekomendasi minimum lima porsi sehari, dan mampu “memperpanjang umur”. Seperti dilansir dari BBC (Senin, 1/4/2014), studi yang melibatkan responden sebanyak 65.226 orang pria dan wanita tersebut mengindikasikan bahwa semakin banyak buah dan sayur yang dikonsumsi, maka semakin rendah kemungkinan mereka meninggal, di tiap umurnya.
Tujuh porsi sehari tersebut mampu menurunkan resiko kanker dan sakit jantung. Namun demikian, saran lima porsi sehari juga dianggap “cukup”, karena dalam praktiknya membiasakan hal ini saja sudah cukup sulit.
Para ahli gizi dan kesehatan juga mengatakan bahwa gaya hidup lainnya, seperti tidak merokok, tidak minum alkohol terlalu banyak, juga dapat menurunkan angka kematian, sehingga tidak hanya tergantung dari konsumsi buah dan sayur. Peneliti sedang berusaha untuk mempelajari hal tersebut.
Studi ini melihat kepada angka kematian secara umum, sekaligus angka kematian akibat kanker, sakit jantung, dan stroke. Ditemukan bahwa resiko awal kematian dari penyebab apapun menurun ketika jumlah konsumsi buah dan sayur ditingkatkan.
Pimpinan peneliti, Dr Oyinlola Oyebode, mengatakan bahwa hasil studi ini cukup jelas. Semakin banyak buah dan sayur yang dikonsumsi, semakin rendah kemungkinan anda untuk meninggal, pada umur berapapun.
Dr Alison Tedstone dari Public Health England mengatakan bahwa hasil studi tersebut memang menarik, namun tampaknya masih “prematur” untuk menaikkan rekomendasi tersebut, karena seperti yang telah diketahui, menerapkan lima porsi sehari saja sudah cukup sulit dan ajrang sekali orang yang melakukannya.
Bagaimana gambaran dari studi tersebut? Seperti yang tercantum dalam jurnal Epidemiol Community Health,
• Sayur segar, menurunkan kemungkinan kematian hingga 16%
• Salad – 13%
• Buah-buahan kering – 9%
• Sayuran dalam masakan – 8%
• Buah dalam makanan penutup – 7%
• Kacang-kacangan sehat – 5%
• Buah segar – 4%
• Jus buah – 3%
• Adapun buah-buahan dalam kaleng justru meningkatkan kemungkinan penyakit – dan kemudian kematian sebesar 17 %, karena pengolahannya yang membutuhkan sirup manis berkadar gula tinggi, dan tidak jarang pula menggunakan pemanis buatan dan bahan pengawet
(Rini Masriyah – www.harianindo.com)