Paris – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, telah bertemu untuk membicarakan krisis Ukraina. Seperti dilansir dari BBC (Minggu, 30/3/2014), pertemuan yang diadakan di Paris tersebut tampaknya belum memberikan hasil yang berarti. Pertemuan yang diadakan terkesan tergesa-gesa oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, tersebut terjadi setelah dirinya menelpon Presiden AS, Barack Obama.
Sebelumnya, Lavrov telah melontarkan permohonan agar Ukraina tetap netral dan federal, sebuah ide yang oleh pihak Ukraina dianggap sebagai penyerahan diri secara penuh. Namun demikian, Lavrov telah menegaskan bahwa Rusia tidak bermaksud melakukan invasi terhadap Ukraina.
Lavrov juga mengungkapkan bahwa Rusia tetap akan melakukan perlindungan terhadap masyarakat etnik Rusia atau yang berbahasa Rusia. Golongan masyarakat ini dianggap terancam keberadaannya di Ukraina menyusul lengsernya presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, yang pro-Rusia oleh aksi demonstrasi besar-besaran yang anarkis. Ancaman tadi berasal dari golongan anti-Rusia, yang memiliki kecenderungan anarkis pula.
Sebelum pertemuan dengan John Kerry dimulai, Lavrov mengatakan pada TV di Rusia bahwa hendaknya Ukraina dibangun kembali dengan konstitusi baru, yang memiliki struktur federal dan kenetralan. Lavrov juga mengatakan bahwa Rusia, AS, dan Uni Eropa harus mendukung sebuah dialog nasional Ukraina, tanpa melibatkan kelompok radikal yang bersenjata.
Pihak Moscow beranggapan bahwa kelompok fasis telah mengambil alih pos-pos penting pemerintahan di Ukraina. Oleh karena itu, hal ini dianggap membahayakan kebebasan golongan beretnik dan/atau yang berbahasa Rusia. (Galang Kenzie Ramadhan – www.harianindo.com)