Texas – Teknology virtual reality sebenarnya telah sejak lama. Baik secara konsep maupun usaha pengembangan nyatanya. Namun perkembangannya tidak begitu signifikan, paling tidak sampai beberapa tahun ke belakang. Kehadiran “headset” Oculus Rift tampaknya bakal membuka jalan bagi teknologi virtual reality untuk dapat berkembang lebih maju lagi. Sebuah teknologi yang patut dibahas tentang bagaimana prospek ke depannya. Seperti dilansir dari Digital Trends (Minggu, 9/3/2014), Oculus VR Inc., pengembang Oculus Rift, bersama pemain lama industri entertainment, Electronic Arts (EA) telah saling berbagi pemikiran tentang bagaimana masa depan teknologi ini. Seperti yang terjadi baru-baru ini pada ajang South by Southwest, atau yang lebih dikenal dengan SXSW.
Teknologi virtual reality (VR) tidak pernah menjadi fokus pikiran EA, paling tampaknya hal itu segera berubah. Di sebuah sesi dalam SXSW, CEO dari EA, Andrew Wilson, mengatakan bahwa perusahaanya sedang mengadalan studi tentang bagaimana para gamer memainkan game mereka. Dia mengatakan bahwa ketika dirinya melihat teknologi VR apapun, dia tidka melihat “apa yang ditawarkan alat VR ini”, tapi seberapa besar keinginan para gamer untuk mencoba pengalaman baru bermain video game. Dia menambahkan, jika gamer mengharapkan pengalaman “masuk” ke dalam dunia game, maka jelas teknologi VR adalah pilihan tepat untuk memuaskan impian tersebut. Wilson juga menambahkan bahwa teknologi VR merupakan tambahan dari tiga jenis model bermain game yang telah ada saat ini, yakni “lean back” untuk game-game awam yang dimainkan di depan TV, “lean in” untuk game-game first-person-shooter dan RPG), dan “lean over” untuk game-game mobile/smartphone.
Di sesi lain, co-founder dari Oculus VR Inc., Palmer Luckey, mengatakan bahwa perusahaannya akan membawa teknologi VR, yang disuguhkan pada produknya Oculus Rift, ke level yang lebih tinggi dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Dia mengatakan bahwa teknologi VR yang sebelumnya telah ada menghabiskan ratusan ribu dollar untuk pengembangannya, dan dihargai puluhan ribu dollar per barangnya. Produk-produk tersebut dikembangkan dengan custom CRTs, body terbuat dari serat karbon, dan bahan-bahan lain yang “wah”.
Luckey kemudian menambahkan bahwa perusahaannya berhasil mengembangkan sebuah teknologi VR, yang tak kalah dengan produk-produk “wah” tadi, menyuguhkan gambar dengan pixel sangat tinggi dan detail, namun dengan bentuk yang lebih ergonomis, user friendly, dan juga dengan harga yang relatif rendah dan wajar. Oleh karena itu, dirinya optimis tentang perkembangan Oculus Rift ke depannya, dan juga kompatibilitasnya dengan game-game next-gen yang terus berkembang. (Rani Soraya – www.harianindo.com)