Oxford – Sebuah penelitian baru-baru ini yang dilakukan oleh Oxford University menghasilkan sebuah temuan baru yang mengatakan bahwa bermain videogames, mampu membantu menangani penderita dyslexia, sebuah gangguan/kelainan dimana penderita mengalami kesulitan membaca, menulis, dan mengeja, meskipun tingkat kecerdasannnya, kemampuan berbicara, dan berkomunikasinya normal, bahkan masih tidak buta huruf. Seperti dilansir dari Gamespot (Jum’at, 14/2/2014), telah banyak program terapi untuk membantu “menyembuhkan” dyslexia, yang berfokus pada kata dan bunyi. Oxford mengatakan bahwa letak permasalahan sebenarnya dari dyslexia adalah perhatian. Oleh karena itu, terapi untuk menangani kekurangan ini adalah dengan melatih sistem perhatian dan fokus otak. Disinilah videogame dapat berperan besar.
Pimpinan penelitian tersebut, Vanessa Harrar, mengatakan bahwa videogames dapat memacu anda untuk merespon dengan lebih cepat, akurat, membawa anda untuk fokus pada sisi-sisi layar yang berbeda. Hasil studi tersebut, yang berjudul “Multisensory Integration and Attention in Developmental Dyslexia” dipublikasikan bulan ini pada website jurnal sains, Cell Biology.
Satu efek dyslexia selain kesulitan-kesulitan tadi adalah kesulitan untuk memperhatikan/fokus ada gambar, lalu bereaksi terhadap suara yang tiba-tiba. Dalam studi tersebut, peneliti melakukan tes kepada 34 orang dengan meminta mereka menekan sebuah tombol tiap kali mereka mendengar suara, melihat kedipan cahaya, atau merasakan keduanya. Setengah dari peserta tes, yang memiliki dyslexia, memiliki reaksi yang lebih lambat.
Dalam kesimpulan penelitian tersebut, Oxford menyarankan para penderita dyslexia untuk bermain videogame, dikarenakan mampu untuk membuat mereka terbiasa untuk berganti-ganti fokus dari rangsang audio menjadi visual, sekaligus meresponnya secepat mungkin dna seakurat mungkin.
Meski demikian, hasil kesimpulan tadi masih berupa hipotesa. Para peneliti tersebut belum melakukan tes sebenarnya tentang efek videogame tadi. (Rani Soraya – www.harianindo.com)
