Yangon – Kabarnya Etnis Rohingya yang ada di Myanmar kembali menjadi korban pembunuhan. Sayangnya dari pihak Pemerintah Myanmar membantah kanar itu. Dari keterangan Deputi Menteri Informasi Myanmar terungkap bahwa sebenarnya kabar tersebut hanyalah kebohongan saja.
Bahkan pemerintah menjabarkan kejadian tersebut yang menyebabkan adanya anggota polisi yang hilang, alhasil memicu adanya serangan kepada etnis Rohingya. Seperti yang dilansir dari CNN, Jumat (24/1/2014), Deputi Menteri Informasi Myanmar mengungkapkan bahwa sekitar 13 Januari 2014 lalu, ketika polisi melakukan patroli kebetulan bertemu dengan beberapa orang pria yang merupakan warga Bengali.
Bahkan sekelompok pria tersebut melempari polisi dengan batu dan disusul sekitar 100 warga dengan dilengkapi senjata pisau dan kayu. Dengan adanya serangan tersebut petugas polisi berusaha menyelamatkan diri. Namun sayang Sersan Aung Kyaw Thein setelah peristiwa tersebut dikabarkan hilang.
Alhasil polisi anti huru hara segera mendatangi desa itu dengan tujuan mencari keberadaan dari Sersan Aung. Sayangnya sampai saat ini tidak diketahui bagaimana kisah selanjutnya. Dari keterangan Fortity Rights, terungkap bahwa para jurnalis dan juga akitifis HAM dilarang memasuki lokasi kejadian.
Terkait hal ini Valeri Amos sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan mengingatkan bahwa etnis Rohingya mengalami peningkatan atas kekerasan yang dialaminya. Sehingga Amos mendesak agar Pemerintah Myanmar segera menyelidiki kasus itu secara independen.
Diakui oleh PBB bahwa memang etnis Rohingya merupakan kelompok masyarakat yang mendapatkan perlakukan diskriminasi di dunia. Dimana hampir sebagian besar sekitar 3.500 warga Rohingya yang hidup di Desa Du Char Yar Than menjadi target pembunuhan dan juga serangan dari warga Myanmar. (Choirul Anam – www.harianindo.com)