Beijing – Keberadaan umat muslim yang ada di Provinsi Xinjiang, membuat pemerintah China sebagai sebuah ancaman untuk keamanan dan juga kestabilitas dari Negara. Bahkan dari laporan surat kabar Xinjiang Daily terungkap bahwa saat ini pihak pemerintah harus melakukan perlawanan atas ekstrimisme tersebut.
Seperti yang dikutip dari Guardian, Sabtu (30/11/2013), dari surat kabar Xinjiang Dailymenyebutkan bahwa kelompok Islamis ini ternyata memberikan larangan untuk dapat menonton televisi, menyanyi serta berbagai acara hiburan yang lainnya.
Sehingga dengan adanya ekstrimisme keagamaan tersebut dirasa dapat menjadi penghalang akan kestabilan keamanan Negara. Oleh karena itu pemerintah China menyebarkan retorika bahwa kecelakaan yang terjadi di Lapangan Tiananmen pada Oktober lalu disebabkan oleh kaum militan Islam.
Untuk diketahui bahwa insiden di Lapangan Tiananmen tersebut telah menewaskan tiga orang serta dua orang pejalan kaki. Atas insiden tersebut dianggap oleh pihak pemerintah China adalah sebuah perwujudan orang-orang yang ingin melakukan jihad. Memang tidak dipungkiri bahwa kejadian tersebut sebagai bentuk kemarahan atas represi dari pihak pemerintahan China kepada wilayah yang memiliki populasi kaum muslim terbanyak di China tersebut.
Selain itu surat kabar tersebut juga mengungkapkan bahwa ekstrimisme keagamaan dianggap sebagai sebuah bencana yang dapat mengganggu perdamaian serta kestabilan di Xinjiang. Sehingga jika ada ekstrimisme akan selalu dilawan oleh China.
Sayangnya, dari pihak Xinjiang Daily tidak mengungkap siapa yang menjadi ekstrimis, hanya saja mengungkapkan bahwa kelompok muslim ini adalah penyebar doktrin tidak benar. (Choirul Anam – www.harianindo.com)