Target pertemuan tersebut disampaikan oleh John Kerry selaku Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) dan juga selaku tuan rumah saat perundingan perdamaian tersebut terjadi. Bahkan perundingan antara Palestina dan Israel tersebut juga diikuti oleh Saeb Erakat selaku negosiator dari Palestina dan juga Tzipi Livni yang merupakan negosiator Israel.
Setelah tiga tahun berselang, pertemuan pertama nanti akan membahas mengenai kerangka dari negosiasi. Kemudian dalam waktu sembilan bulan kedepan, akan dibahas mengenai inti permasalahan yang menimbulkan terjadinya konflik antara Palestina dan Israel.
Dilansir Reuters, Rabu (31/7/2013), Kerry mengungkapkan bahwa ia merasa yakin adanya perdamaian antara kedua belah pihak. Walaupun memang akan ada banyak sekali kendala, namun dalam pertemuan ini adalah sesuatu hal yang posistif.
Memang untuk menempuh perundingan damai sulit, namun tidak skeptis. Karena dalam pertemuan tersebut ada negosiator ulung yang Kerry yakin mampu tercipta perdamaian antara dua Negara yang telah lama berselisih ini.
Dalam negosiasi juga akan dibahas mengenai semua permasalahan, namun diharapkan Palestina dan Israel membuka diri dan tidak mementingkan kepentingannya sendiri-sendiri. Dari pihak Amerika Serikat sendiri menyarankan agar kedua belah pihak mau untuk membentuk menjadi dua Negara yang berdiri sendiri. (Rini Masriyah – www.harianindo.com)