Sebelumnya, pada pekan lalu terdapat pertemuan yang dilangsungkan di Washington. Dalam pertemuan tersebut, negara – negara Arab hadir untuk mencairkan situasi perjanjian damai yang telah disahkan terkait dengan konflik antara Palestinia dan Israel pada tahun 2002 yang lalu. Terkait dengan pertemuan tersebut, pihak Amerika Serikat dan Palestina menyetujui langkah yang diambil oleh Liga Arab itu. Akan tetapi, berbicara dihadapan para jamaah sholat Jumat pada salah satu masjid di Jalur Gaza, pemimpin Hamas yakni Ismail Haniyeh mengungkapkan pemikiran yang dimiliki terkait dengan upaya Liga Arab tersebut.
“Inisiatif yang telah dilakukan oleh pihak dengan nama Arab Baru tersebut telah ditolak oleh kaum kita, oleh negara kita dan tidak ada satupun yang bisa menerima hal itu,” ujar Haniyeh dalam kotbahnya, Jumat (3/5/2013). “Inisiatif tersebut mengandung sangat banyak hal yang membahayakan rakyat kita pada daerah pendudukan tahun 1967, 1948 dan beberapa warga yang berada dalam pengasingan,” tambahnya.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Ismail tersebut dilandasi pemikiran bahwa selamanya, Hamas tidak pernah mengakui keberadaan negara Israel. Selain itu, dirinya juga bersikukuh bahwa daerah yang berada diantara Mediterania dan Jordania merupakan daerah kekuasaan Palestina. (Rini Masriyah – www.harianindo.com)